Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Makalah Pemikiran dan Karya - Karya Ibnu Thufail

PENDAHULUAN
            Pemikiran seseorang tidak akan lepas dari pengaruh zaman dan tempat dimana orang itu berada. Pengaruh zaman dan tempat itu akan memberikan ciri khas atau corak dari pemikiran itu sendiri.
            Makalah ini secara spesifik ingin mengetahui ciri atau corak pemikiran salah satu filosof muslim yang terkenal dengan filosofisnya Hayyu bin Yaqdzan adalah Ibnu Thufail seorang filosof muslim yang hidup pada masa kholifah Abu Ya’quf Yusuf, Dinasti Al-Muwahhid Spanyol.
            Penulis berharap, adanya makalah yang singkat ini dapat memberikan pengetahuan dan pencerahan bagi kita semua.
    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana biografi Ibnu Thufail?
B.     Apa karya-karya Ibnu Thufail?
C.     Bagaimana pemikiran Ibnu Thufail?
 III.            PEMBAHASAN
A.    Biografi Ibnu Thufail
Nama lengkap Ibnu Thufail (506 H-581 H/ 1110 M-1185 M)[1] adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Thufail. Dia merupakan pemuka besar pertama pemikiran filsufis Muwahhid di Spanyol. Di Eropa dia terkenal dengan nama Abubacer.[2] Ibnu Thufail dilahirkan di Wadi Asy dekat Granada pada tahun 506 H/ 1110 M.[3]  Dia merupakan murid Ibnu Bajjah. Selama studi, Ibnu Thufail giat mempelajari ilmu kedokteran dan filsafat di Seville dan Cordova.[4]
Dia memulai karirnya sebagai dokter praktik di Granada dan lewat ketenarannya dalam jabatan itu, dia diangkat menjadi sekretaris gubernur di propinsi Granada. Kemudian pada tahun 549 H/1154 M, dia menjadi sekretaris pribadi Gubernur Ceuta dan Tangier, putra Abdul al-Mu’min, penguasa Muwahhidin Spanyol pertama yang merebut Maroko pada tahun 542 H/1147 M. Akhirnya, Thufail menduduki jabatan dokter tinggi dan menjadi qadhi di pengadilan serta wazir khalifah Muwahhid Abu Ya’qub Yusuf (558 H/1163 M-580 H/1184 M).
      Sebagaimana filosof-filosof muslim, Ibnu Thufail juga memiliki disiplin ilmu dalam berbagai bidang. Selain sebagai seorang filosof, ia juga ahli dalam ilmu kedokteran, matematika, astronomi, dan penyair yang sangat terkenal dari Dinasti Al-Muwahhid di Spanyol.[5] Ibnu Thufail juga dikenal sebagai filsuf muslim yang gemar menuangkan pemikiran kefilsafatannya melalui kisah-kisah yang penuh kebenaran.[6] Ibnu Thufayl mengembuskan napas terakhir di Maroko pada tahun 1185 M dan dimakamkan di sana.[7]
B.     Karya-karya Ibnu Thufail
Semua karya filosof Ibnu Thufail tidak ada lagi yang masih tinggal di tangan kita selain  Hayyu bin Yaqdzan, sebuah buku yang sangat terkenal dikalangan bangsa Arab maupun bangsa-bangsa Latin (Eropa). Buku tersebut diterjemahkan oleh seorang orientalis Inggris bernama Pocock pada abad ke-17 M. dewasa ini buku tersebut telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa seperti Spanyol, Perancis, Inggris dan Jerman.
Risalah (buku) Hayyu bin Yaqdzan yang ditulis oleh Ibnu Thufail sesungguhnya berisi berbagai rumus filsafat yang disampaikan dengan lambang Hayyu bin Yaqdzan adalah lambang akal fikiran, sedangkan teman-temannya melambangkan selera, syahwat, perasaan marah dan tabiat-tabiat lainnya yang lazim ada pada manusia. Dia menyusun risalah itu dalam bentuk hikayat. Dalam mukadimahnya Ibnu Thufail menjelaskan tujuan buku yang ditulisnya, yaitu menyaksikan kebenaran (al-haqq).[8]
C.     Pemikiran Ibnu Thufail
Risalah Hayyu bin Yaqdzan tersebut secara simbolis memuat pemikiran filsafat Ibnu Thufail yang meliputi berbagai aspek.
1)      Tentang Tuhan
Alam ini ada penciptanya, yang tiada lain adalah Tuhan. Dia yang mengeluarkan dari “ketiadaan” ke maujud (creatia ex nihili) dan tidak mungkin keluar (tercipta) dengan sendirinya. Dari itu pasti ada pelaku penciptaan tersebut. Pelaku ini tidak diketahui dengan indera, sebab bila diketahui dengan indera berarti ia berupa materi (bendawi). Kalau berupa materi, berarti masih merupakan elemen dari alam dan itu tentunya diciptakan. Dengan demikian memerlukan pencipta. Andaikata pencipta kedua juga berupa materi, tentu juga membutuhkan pencipta ketiga, keempat, dan seterusnya. Bila demikian, maka terjadi tasalsul. Proses seperti ini berarti absurd, tidak dapat diterima akal sehat.
Gambaran sifat-sifat Tuhan adalah Tuhan itu jauh dari sifat kekurangan, karena kekurangan itu sendiri tidak lain kecuali “ketiadaan murni” (adam al-mahd) atau yang berkaitan dengan ketiadaan dan bagaimana mungkin “ketiadaan” tergantung pada wujud murni (wujud al-mahd) yang wajib wujudnya dengan zatnya, yang memberikan ada kepada setiap yang wujud. Dari itu tidak ada wujud selain Dia. Dialah Maha Wujud, Dialah kesempurnaan, Dialah kebaikan, Dialah pengetahuan dan Dialah sumber segala yang wujud. (Q.S. al-Qasas:88).[9]
2)      Tentang Dunia (Kosmologis)
Pertama, apabila alam ini diyakini kekal, maka akan menimbulkan kontradisi yang banyak, dengan alasan bahwa tidak mungkin wujud sesuatu yang tidak ada akhirnya tidak mungkinnya wujud materi yang tidak ada lepas dari penciptaan, dan tidak mungkin mendahului penciptanya, berarti diciptakan. Kedua, apabila diyakini bahwa alam ini baru (diciptakan), maka akan timbul masalah lain, karena pengertian baru setelah tiada tidak mungkin dipahami kecuali bahwa didahului oleh waktu, sedang itu sendiri adalah bagian dari alam dan tidak terpisah. Oleh karena itu tidak dapat dipahami bahwa alam ini datang sesudah adanya waktu. Namun Ibnu Thufail dalam pernyataannya menegaskan bahwa apabila alam ini baru diciptakan, berarti pasti ada yang menciptakan tidak dari dulu.
3)      Tantang Akal dan Wahyu
Pandangan Ibnu Thufail mengenai kedudukan akal dan wahyu ia tampilkan dalam risalah Hayyu bin Yaqdzan yang hanya menggunakan rasio dalam memahami realitas kehidupannya, mengambil konsep-konsep yang tidak bertentangan, bahkan sejalan dengan informasi wahyu yang dibawah oleh Asal sang “teolog”. Apa yang diperintahkan oleh syari’at Islam dan apa yang diketahui oleh akal sehat dengan sendirinya, berupa kebenaran, kebaikan dan keindahan dapat tertemu dalam satu titik, tanpa diperselisihkan lagi. Dengan kata lain, hakikat  kebenaran yang dilakukan oleh filsafat sejalan dengan apa yang ada dalam wahyu.
4)      Tantang Epistemologi
Bagi Ibnu Thufail, pengalaman merupakan suatu proses pengenalan lingkungan melalui indera. Organ-organ indera berfungsi berkat jiwa yang ada dalam hati. Dari situ berbagai data indera yang kacau mencapai otak yang menyebarkan ke seluruh tubuh lewat jalur syaraf, yang selanjutnya diproses menjadi kesatuan persetif.
5)      Tentang Derajat Intelektual Manusia
Pada tokoh pelaku dalam risalah Hayyu bin Yaqdzan oleh Ibnu Thufail dimaksudkan sebagai symbol keanekaragaman derajat intelektual manusia. Mereka terbagi dalam tidak kelompak utama, yaitu: (1) filosof, yang dalam cerita itu diperankan oleh Hayyu bin Yaqdzan, yang memperoleh kebenaran dari perenungannya atas realitas alam; (2) agamawan, yang dalam cerita diperankan oleh Asal, yang berpegang dengan wahyu dalam beragama; (3) masyarakat awam, yang dalam cerita diperankan oleh Salman dan masyarakat. Mereka dalam beragama hanya berdasarkan tradisi dan taqlid, serta menerima agama hanya dalam bentuk zahirnya saja.[10]
                                
 IV.            KESIMPULAN
Nama lengkap Ibnu Thufail adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Thufail. Dia merupakan pemuka besar pertama pemikiran filsufis Muwahhid di Spanyol. Di Eropa dia terkenal dengan nama Abubacer. Ibnu Thufail dilahirkan di Wadi Asy dekat Granada pada tahun 506 H/ 1110 M. Ibnu Thufayl mengembuskan napas terakhir di Maroko pada tahun 1185 M dan dimakamkan si sana.
Semua karya filosof Ibnu Thufail tidak ada lagi yang masih tinggal di tangan kita selain  Hayyu bin Yaqdzan.
Pemikiran Ibnu Thufail diantaranya mengenai tentang Tuhan, dunia (kosmologi), akal dan wahyu, epistemology, derajat intelektual manusia.
    V.            PENUTUP
            Syukur  Alhamdulillah demikian makalah yang dapat kami susun. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan.Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami ini dan berikutnya.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Dedi, Supriyadi. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2009
Fuad al-ahwani, Ahmad. FILSAFAT ISLAM. Jakarta: Pustaka Firdaus. 1995
Maftukhin. Filsafat Islam. Yogyakarta: Teras. 2012
Murtiningsih, Wahyu. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah. Jogjakarta:IRCiSoD. 2014
Poerwantana dkk. Seluk-Beluk Filsafat Islam. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
1991
Suyono ,Yusuf. Bersama Ibn Rush menengahi filsafat & ortodoksi. Semarang:Walisongo
Press. 2008
Zar, Sirajuddin. Filsafat Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2004



[1] Yusuf suyono, Bersama Ibn Rush menengahi filsafat & ortodoksi (Semarang:Walisongo Press, 2008) hlm. 53
[2] Ahmad fuad al-ahwani, FILSAFAT ISLAM (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995) hlm.102
[3] Poerwantana dkk, Seluk-Beluk Filsafat Islam (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 1991) hlm.192
[4] Maftukhin, Filsafat Islam (Yogyakarta: Teras, 2012) hlm. 180
                [5] Sirajuddin Zar, Filsafat Islam (Jakarta:PT Raja Grafindo, 2004) hlm. 205
                [6] Wahyu Murtiningsih, Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah (Jogjakarta:IRCiSoD, 2014) hlm. 254
[7] Supriyadi dedi, Pengantar Filsafat Islam (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2009) hlm.212
[8] Ahmad fuad al-ahwani, FILSAFAT ISLAMhlm. 103-104
[9] Maftukhin, Filsafat Islam…hlm.186-188
[10] Maftukhin, Filsafat Islam …hlm. 188-191

Post a Comment for "Makalah Pemikiran dan Karya - Karya Ibnu Thufail"