Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Pacaran Meliputi Manfaat, Dampak , Menurut Para Ahli, dan Pacaran Menurut Islam

Pengertian Pacaran Menurut Para Ahli dan dampak positif dan Negatif dari Pacaran
 
Pacaran adalah suatu proses saling mengenal antara 2 (dua) insan manusia dimana pada umumnya berada dalam tahap mencari kecocokan dalam menuju kehidupan berkeluarga yang sering kita kenal dengan pernikahan. Akan tetapi banyak orang yang belum cukup umur serta masih belum memiliki persyaratan untuk menuju jenjang pernikahan telah banyak yang melakukan tradisi ini yang sebenarnya belum diperbolehkan atau tidak di lakukan.
Ada beragam atau berbagai tujuan orang melakukan tradisi berpacaran ini, misalnya ada yang sekedar iseng-iseng saja, mencari teman bicara, atau bahkan ada yang lebih jauh untuk tempat mencurahkan isi hati  Dan bahkan ada juga yang memang menjadikan masa pacaran ini sebagai masa perkenalan dan penjajakan dalam menempuh jenjang pernikahan.
Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua bentuk pacaran itu bertujuan kepada jenjang pernikahan dan berkeluarga. Banyak sekali diantara pemuda dan pemudi khususnya remaja ABG (Anak Baru Gede) yang lebih terdorong oleh rasa ketertarikan semata, disebabkan dari sisi kedewasaan, usia, kemampuan finansial maupun persiapan lainnya dalam membentuk rumah tangga (berkeluarga), mereka belum mampu atau sangat belum siap.

apa sih itu pacaran?
Secara lebih khususnya, ada juga yang beranggapan bahwa masa pacaran itu sebagai masa penjajakan, sebagai media perkenalan sisi yang lebih dalam serta mencari kecocokan antar keduanya. Semuanya dilakukan karena ketika nantinya mereka akan membentuk rumah tangga dan berkeluarga. Dengan tujuan tersebut, sebagian norma di tengah masyarakat memperbolehkan tradisi pacaran. Paling tidak dengan cara membiarkan pasangan yang sedang pacaran itu melakukan aktifitasnya. Maka muncul istilah apel malam minggu menjadi suatu fenomena yang wajar serta dianggap sebagai bagian dari aktifitas yang normal-normal saja.



  • Menurut Al-Ghifari (2004), bahwa “Pacaran secara bahasa berarti saling mengasihi atau saling mengenal. Dalam pengertian luas pacaran berarti upaya mengenal karakter seorang yang dicintai dengan cara mengadakan tatap muka”.
  • Menurut Guerney dan Arthur (Dacey & Kenney, 1997), Pacaran adalah aktifitas sosial yang membolehkan dua orang yang berbeda jenis kelaminnya untuk terikat dalam interaksi sosial dengan pasangannya yang tidak ada hubungan keluarga.
  • Menurut Erickson (dalam Santrock, 2003), pengalaman romantis pada masa remaja dipercaya memainkan peran yang penting dalam perkembangan identitas dan keakraban. Pacaran pada masa remaja membantu individu dalam membentuk hubungan romantis selanjutnya dan bahkan pernikahan pada masa dewasa.


Dalam salah satu taushiyahnya, Habib Segaf  bin Mahdi bin Syaikh Abubakar bin Salim Allahu yarhamuh, menyinggung perihal tradisi pacaran. Menurut beliau, tradisi pacaran bermula di zamannya Nabi Nuh As. Nabi Nuh As. diperintahkan Allah Swt. untuk membuat bahtera, sebab saat itu Allah hendak mengadzab atas kaumnya yang durhaka.

Setelah bahtera itu dibuat, Nabi Nuh mulai menyerukan kepada umatnya untuk turut serta dalam bahteranya. Di saat itulah terlihat dari umatnya yang membangkang, yaitu mereka yang tidak mengindahkan seruan nabinya sendiri karena Allah hendak menurunkan banjir bandang. Dari sekian banyak umatnya, yang taat atas ajakan nabinya hanyalah beberapa gelintir saja.Selain dari kalangan manusia yang turut serta, Nabi Nuh As. juga mengajak para binatang dari berbagai jenisnya dengan pasangannya masing-masing. Hal itu karena mereka akan memulai kehidupan yang baru usai banjir bandang disurutkan Allah Swt.

Nabi Nuh As. menyerukan: “Wahai umatku dan seluruh hewan yang turut serta bersamaku, tahanlah kamu sekalian dari melakukan hubungan badan. Karena bahtera ini sudah terlalu penuh menampung aku dan kalian. Kita akan memulai kehidupan baru saat banjir bandang ini berhenti. Wahai Tuhanku damparkanlah kami di tempat yang penuh keberkahan. Karena sesungguhnya Engkaulah Dzat sebaik-baik pemberi tempat.”Himbauan tersebut disampaikan dan didengarkan oleh seluruh penumpang bahtera Nuh. Namun ada saja yang melanggarnya, sepasang anjing terlihat sedang mesra berpacaran dengan pasangannya. Hal itu akhirnya dilaporkan oleh sang kucing kepada Nabiyullah Nuh As. Mendapat laporan itu, Nabi Nuh pun memperingatkan kedua anjing tersebut untuk tidak melakukannya kembali.Karena ada niat serta kesempatan, kedua anjing tersebut mengulangi perbuatannya hingga menjurus pada saling cumbu-mencumbu. Si kucing, yang memang kerjaannya tukang ngintip, melihat kejadian itu dan melaporkannya kembali kepada Nabi Nuh As.


Mengapa mereka bisa berpacaran? Hal itu diakibatkan kekurangmampuan dalam menyortir informasi2 yg mereka terima sehari2. Sebagaimana yg kita tahu, bnyk sekali sinetron/film, lagu2 yg bertemakan "cinta". Hal itu secara langsung maupun tidak langsung mensugesti mereka untuk merasakan sensasi yg diiming2kan didalamnya. Jadi, keinginan untuk mengalami kisah2 romantis, pengertian, partner untuk membagi rasa, dsb yg tergambar dalam imajinasi mereka dari informasi (lagu, sinema, dsb) itulah yg mendorong mereka berpacaran.

Adapun seperti pengaruh orang lain, keinginan untuk mencoba, rasa kekurangan identitas, dll juga mempengaruhi. Dan semua pengaruh itu nampaknya berporos pada satu, yakni ketidakstabilan emosi atau kekurangmampuan mengendalikan diri.


 
1. Dampak Positif
a. Belajar bersosialisasi
Dengan berpacaran kita akan mampu bersosialisasi dengan pasangan kita, sehingga kita mampu mengetahui karakteristik seseorang dan membuat kita tidak canggung dalam bersosialisasi dengan orang asing yang baru kita jumpai. Karena kita telah belajar bersosialisasi dengan pasangan kita.
b. Mempelajari karakteristik berbagai macam orang
Namun, kalau  kita perhatikan apa yang dapat remaja lakukan ketika dia mendapati bahwa pasangannya itu tidak cocok dengannya? Kata yang keluar adalah ‘putus’! Bukannya mencoba untuk bisa mengerti satu sama lain, para remaja hanya mempelajari untuk bercerai. Bagaimana tidak? Karena faktor usai yang dibawakan dalam diri hanya emosi sesaat.
Jika dikatakan alangkah lebih menyenangkan untuk mempelajari diri sendiri dulu, membenahi diri, dan berupaya untuk bisa beradaptasi dengan banyak orang. Ketimbang mengikatkan diri dengan satu orang yang kadang kala membuat sakit hati, lebih baik seorang remaja mencoba untuk berbaur dengan yang lainnya. Di situ dia bisa ‘mempelajari karakteristik orang lain’. Dan, dia juga sedang mempelajari dirinya sendiri tentunya.
Setelah dia bisa mengendalikan emosinya – ini merupakan saat yang tepat untuk berpacaran – tentunya dia sudah berani berkomitmen. Jadi, berpacaran bukan hanya untuk having fun. Tidaklah pantas menurut penulis jika seseorang mempermainkan perasaan orang lain. Lagipula, masa remaja yang penuh gejolak ini akan sangat memberikan keragu-raguan dalam hal berpacaran. Maka dari itu, beberapa orang tua melarang anaknya untuk berpacaran (walau ada juga yang tidak).


2. Dampak Negatif
a. Kekerasan fisik
Koalisi Antikekerasan di Alabama menyebutkan bahwa satu dari tiga anak mengalami kekerasan fisik selama pacaran usia dini. Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak mengakui adanya masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada remaja di antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja. Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.
b. Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam  pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia mengategorikan kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh orang lain yang dikenal dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi saat korban mabuk di suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang yang paling mudah bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.
c. Cenderung menjadi pribadi yang rapuh
Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami sakit kepala, perut dan pinggang. Mereka juga lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya yang belum pernah pacaran.
Seseorang, yang mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi pribadi yang rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah depresi,
contohnya remaja, akan memiliki alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama jika remaja itu menjalin hubungan yang buruk dengan pasangannya.
Mereka punya kecenderungan tingkat rasa sakit yang lebih mendalam. Mereka benar-benar meresapi perasaan buruk seperti sedih atau kesal karena secara psikologi mereka sudah mengenalnya ketika berhubungan dengan pasangannya.
akibat terlalu mendalami perasaan sedih dan emosional itu adalah depresi dan penyakit lainnya. Karena terlalu sedih atau marah, perasan depresi pun bisa muncul. Akibatnya mereka jadi tidak mau makan, kurang tidur atau tidak mau melakukan apa-apa. Dari situlah muncul penyakit-penyakit seperti pusing, sakit perut dan lainnya
Mereka yang mengenal cinta dan mengalami masalah dalam berhubungan dengan pasangan lebih dulu memiliki pandangan yang lebih serius dan sikap yang lebih tertutup. Hal itu memicu perasaan stres dan penyakit fisik lainnya.
d. Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual
Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan penularan penyakit menular seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control (CDC), kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS.
Sekedar mengingatkan bahaya kehamilan pada remaja:
· Hancurnya masa depan karena tidak bisa melanjutkan sekolah.
· Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.
· Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
· Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun bayi, tenaga tradisional) sering mengalami kematian karena mengalami sakit dan pendarahan yang hebat.
· Pengguguran kandungan yang diperbolehkan oleh undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga
kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum berat .
· Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami kecacatan dan gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
· Jadi bahan pembicaraan dan ejekan masyarakat sekitar .
· Stress berkepanjangan dan bisa jadi GILA.
e. Menurunkan konsentrasi
Hal ini terjadi jika remaja telah  mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga emosinya menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya sehingga remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya dan mengerjakan ulangan dengan baik sehingga dapat menurunkan prestasi remaja tersebut.
f. Menguras harta
Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya, bahkan uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah untuk pacarnya.

Pacaran Dalam Islam - Hukum, Bahaya dan Akibatnya

Hukum Pacaran dalam Islam

Tidak pernah dibenarkan adanya hubungan pacaran di dalam Islam. Justru sebaliknya, Islam melarang adanya pacaran di antara mereka yang mukan muhrim karena dapat menimbulkan berbagai fitnah dan dosa. Dalam Islam, pacaran adalah haram. Oleh sebab itu, Islam mengatur hubungan antara lelaki dan perempuan dalam dua hal, yakni:
  • Hubungan Mahram
Yang dimaksud dengan hubungan mahram, seperti antara ayah dan anak perempuannya, kakak laki-laki dengan adik perempuannya atau sebaliknya. Oleh karena yang mahram berarti sah-sah saja untuk berduaan (dalam artian baik) dengan lawan jenis.
Sebab, dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 23 disebutkan bahwa mahram (yang tidak boleh dinikahi) daripada seorang laki-laki adalah ibu, nenek, saudara perempuan (kandung maupun se-ayah), bibi (dari ibu maupun ayah), keponakan (dari saudara kandung maupun sebapak), anak perempuan (anak kandung maupun tiri), ibu susu, saudara sepersusuan, ibu mertua, dan menantu perempuan. Dalam hubungan yang mahram, wanita boleh tidak memakai jilbab tapi bukan mempertontonkan auratnya.
  • Hubungan Non-mahram
Selain daripada mahram, artinya laki-laki dibolehkan untuk menikahi perempuan tersebut. Namun, terdapat larangan baginya jika berdua-duaan, melihat langsung, atau bersentuhan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Untuk perempuan, harus menggunakan jilbab dan menutup seluruh auratnya jika berada di sekitar laki-laki yang bukan mahramnya tersebut.



Bahaya Pacaran dalam Agama Islam

Islam melarang pacaran bukan tanpa sebab. Pacaran itu, selain daripada mendekati zina yang merupakan dosa besar, juga bisa menimbulkan berbagai macam bahaya yang kesemuanya tidak hanya akan merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain.
1. Mendekati zina
Ini merupakan bahaya pasti yang disebabkan oleh pacaran. Laki-laki diharuskan menjaga pandangannya dari perempuan, dan perempuan pun harus sadar diri akan keberadaannya dihadapan laki-laki yang bukan mahramnya. Hadist dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, mengatakan:
Rasulullah SAW berkata kepada Ali: Hai Ali, janganlah ikuti pandangan pertama dengan pandangan kedua. Karena pandangan pertama untukmu (dimaafkan) dan pandangan kedua tidak untukmu (tidak dimaafkan).” (H. R. Abu Dawud).
Bahkan, jika ada yang mengaku pacaran dalam jarang jauh atau yang lebih dikenal dengan LDR (long distance relationship) sama saja perkaranya. Zina bukan berarti bertemu lantas melakukan hubungan intim tanpa ada ikatan pernikahan. Bahkan ketika si laki-laki mengirimkan pesan pendek kepada si perempuan, itu juga mendekati zina.
Bahkan, bisa jadi sudah termasuk dalam zina hati dan pikiran. Memikirkan betapa bahagianya saat mengirimkan pesan tersebut sambil membayangkan wajah satu sama lain, bertamblah lagi dosanya.

2. Menghilangkan konsentrasi
Ada yang bilang pacaran itu bisa menjadi penyemangat untuk belajar atau bekerja? Sungguh salah pemikiran yang demikian. Nyatanya, pacaran itu hanya menguras otak dan membuyarkan konsentrasi. Fokus belajar justru hilang dan pekerjaan jadi terabaikan. Pacaran itu tidak mudah, sebab melibatkan dua kepala, bahkan bisa tiga, empat, dan seterusnya, dengan prioritas utama adalah “bagaimana-caranya-membahagiakan-si-pacar.”
Akibatnya, berbagai cara dilakukan hanya demi membuat senang satu sama lain. Rela meninggalkan pekerjaan dan membuang waktu belajar hanya demi menemani sang Pacar berjalan-jalan. Jika suatu saat terjadi yang nama perselisihan, justru akan memicu stres yang menyebabkan semangat belajar menjadi hilang.
Bahkan hanya dengan memikirkan si Pacar saja sudah banyak menyita waktu dan membuatnya terbuang secara sia-sia. Padahal, tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan adalah melanggar perintah Allah SWT dan hanya menumpuk dosa semata.

3. Penyebab banyak kerugian
Salah satu bagian daripada budaya pacaran itu adalah usahanya memberikan kebahagian bagi pasangan padahal tanpa ia sadari itu hanya sia-sia. Rela menghabiskan waktu, uang dan harapan hanya demi seseorang yang bahkan belum tentu adala jodohnya. Padahal, lebih baik jika waktu itu digunakan untuk beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Lalu, uang yang digunakan untuk pergi menonton film di bioskop, makan di restoran mewah, membeli ini itu untuk pacar, disedekahkan kepada mereka yang lebih membutuhkan. Sedekah bahkan memberikan berkah kepada harta kita, sedangkan pacar?—Percayalah, senyum dari mereka yang menerima bantuan kita jauh lebih indah dibandingkan senyuman pacarmu itu. Belum lagi jika seluruh biaya yang dikeluarkan tak jarang bukan dari penghasilan sendiri melainkan dari orang tua, sering terjadi pada remaja, bertambahlah beban orang tua.
Kalaupun dari hasil pendapatan sendiri, tetap saja tidak benar hubungan pacaran tersebut karena jika memang seorang laki-laki itu bersungguh-sungguh, ia tidak akan datang ke rumah hanya untuk mengajak jalan wanitanya, tapi lelaki yang serius akan datang ke rumah membawa  orang tua/walinya dan melamar wanita yang dicintainya tersebut dihadapan orang tuanya.

4. Mengganggu kehidupan bermasyarakat
Orang yang berpacaran sering meresahkan masyarakat dan menimbulkan berbagai fitnah, terutama mereka yang sering berdua-duaan di tempat sepi misalnya di dalam kost-kostan. Sering kita mendengar adanya penggrebekkan kost mesum dan menemukan banyak pasangan yang tidak sah tertangkap. Di dalam kehidupan bermasyarakat, ini benar-benar merusak moral dan akan menjadi contoh yang teramat buruk bagi anak-anak yang mlihatnya.


Penelusuran yang terkait dengan Pengertian Pacaran
  • pengertian pacaran secara umum
  • pengertian pacaran menurut para ahli
  • pengertian pacaran menurut islam
  • arti pacaran yang baik
  • apa arti pacaran menurut anda
  • sejarah pacaran
  • artikel pengertian pacaran
  • penyebab pacaran

Post a Comment for "Pengertian Pacaran Meliputi Manfaat, Dampak , Menurut Para Ahli, dan Pacaran Menurut Islam"