Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Tasawuf Menurut Para Ahli Sufi Beserta Tujuan dan Landasan Tasawuf dalam Al-Quran Secara Lengkap

Pengertian Tasawuf Menurut Beberapa Pendapat Tokoh Agama

Pengertian Tasawuf Menurut Bahasa dan Istilah

Dalam buku Akhlak Tasawuf karya Abuddin Nata dijelaskan, makna tasawuf secara kata saja memiliki banyak arti. Sejumlah ahli tasawuf menjelaskan bahwa makna tasawuf secara bahasa berasal dari kata al-shuffah atau orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Makkah ke Madinah.Selanjutnya bisa dimaknai pula sebagai suf (barisan), suf (kain wol), hingga ke bahasa Yunani sophos (hikmat). Kata al-suffah  misalnya, menggambarkan keadaan orang yang rela mencurahkan jiwa-raga, harta-benda, dan lainnya hanya untuk Allah SWT. Setia mengikuti dakwah Rasulullah selagi susah.

Namun demikian, dari sisi linguistik tasawuf dapat dipahami sebagai sikap mental. Yakni sikap mental yang senantiasa memelihara kesucian diri, ibadah, menjalani kehidupan dengan sederhana, hingga sikap rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bijaksana. Dari sisi istilah, pengertian tasawuf, manusia yang memiliki keterbatasan berupaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia. Kemudian mereka memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.Sehingga disimpulkan dalam buku tersebut bahwa, tasawuf pada intinya adalah upaya untuk melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia. Hal itu dilakukan guna tercermin akhlak yang mulia dan senantiasa pelakunya dekat dengan Allah SWT. 



Berikut pengertian tasawuf berdasarkan etimologi atau asal bahasanya:
  • Ahlu suffah, yaitu sekelompok orang pada masa Rasulullah yang hidupnya diisi dengan banyak berdiam di serambi-serambi masjid, dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.
  • Shafa, yaitu nama bagi orang-orang yang bersih atau suci. Makna tersebut sebagai nama dari mereka yang memiliki hati yang bersih atau suci, maksudnya adalah bahwa mereka menyucikan dirinya di hadapan Allah SWT.
  • Shaf, yaitu orang-orang yang ketika salat berada di barisan yang paling depan. Makna shaff ini dinisbahkan kepada para jemaah yang selalu berada pada barisan terdepan ketika solat, sebagaimana solat yang berada di barisan pertama maka akan mendapat kemuliaan dan pahala.
  • Sufi, istilah ini berasal dari bahasa Yunani yang disamakan artinya dengan hikmah, yang berarti kebijaksanaan.
  • Shaufanah, yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu-bulu, yang banyak sekali tumbuh di padang pasir di tanah Arab, dan pakaian kaum sufi itu berbulu-bulu seperti buah itu pula, dalam kesederhanaannya.
  • Shuf, yang berarti bulu domba atau wol. Mereka disebut sufi karena memakai kain yang terbuat dari bulu domba. Pakaian yang terbuat dari bulu domba menjadi pakaian khas kaum sufi, bulu domba atau wol saat itu bukanlah wol lembut seperti sekarang melainkan wol yang sangat kasar, itulah lambang dari kesederhanaan pada saat itu. Berbeda dengan orang kaya saat itu yang memakai kain sutra. 
  • Shuffah, yaitu serambi Masjid Nabawi yang ditempati sebagian sahabat Rasulullah. Makna tersebut dilatarbelakangi oleh sekelompok sahabat yang hidup zuhud dan konsentrasi beribadah kepada Allah SWT serta menimba ilmu bersama Rasulullah yang menghuni serambi Masjid Nabawi.
Sedangkan pengertian tasawuf berdasarkan pendapat para ahli sufi antara lain sebagai berikut:
  • Menurut Al-Junaid Al-Bagdadi (Pemadi, 2004), tasawuf adalah membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang fitri, menekan sifat basyariah (kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar keabadianNya, memberi nasihat kepada umat, benar-benar menepati janji terhadap Allah SWT, dan mengikuti syariat Rasulullah SAW.
  • Menurut Abu Qasim Abdul Karim Al-Qusyairi (Pemadi, 2004), tasawuf adalah menjabarkan ajaran-ajaran Al Quran dan Sunnah, berjuang mengendalikan nafsu, menjauhi perbuatan bidah. mengendalikan syahwat, dan menghindari sikap meringankan ibadah. 
  • Menurut Abu Yazid al-Bustami (Pemadi, 2004), tasawuf mencakup tiga aspek yaitu takhalli (melepaskan diri dari perangai yang tercela), tahalli (menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji), dan tajalli (mendekatkan diri kepada Tuhan). 
  • Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani (Alba, 2012), tasawuf adalah menyucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan khalawt, riyadloh, taubah dan ikhlas. 
  • Menurut Syaikh Ibnu Ajibah (Alba, 2012), tasawuf merupakan ilmu yang membawa seseorang agar bisa bersama dengan Allah SWT melalui penyucian jiwa batin dan mempermanisnya dengan amal saleh dan jalan tasawuf tersebut diawali dengan ilmu, tengahnya amal dan akhirnya adalah karunia Ilahi. 
  • Menurut H. M. Amin Syukur (Alba, 2012), tasawuf adalah latihan dengan kesungguhan (riya-dloh, mujahadah) untuk membersihkan hati, mempertinggi iman dan memperdalam aspek kerohanian dalam rangka mendekatkan diri manusia kepada Allah sehingga segala perhatiannya hanya tertuju kepada Allah.


Muncul dan Berkembangnya Tasawuf

            Kenapa gerakan tasawuf baru muncul paska era Shahabat dan Tabi\'in? Kenapa tidak muncul pada masa Nabi? Jawabnya, saat itu kondisinya tidak membutuhkan tasawuf. Perilaku umat masih sangat stabil. Sisi akal, jasmani dan ruhani yang menjadi garapan Islam masih dijalankan secara seimbang. Cara pandang hidupnya jauh dari budaya pragmatisme, materialisme dan hedonisme. Tasawuf sebagai nomenklatur sebuah perlawanan terhadap budaya materialisme belum ada, bahkan tidak dibutuhkan. Karena Nabi, para Shahabat dan para Tabi\'in pada hakikatnya sudah sufi: sebuah perilaku yang tidak pernah mengagungkan kehidupan dunia, tapi juga tidak meremehkannya. Selalu ingat pada Allah Swt sebagai sang Khaliq
            Ketika kekuasaan Islam makin meluas. Ketika kehidupan ekonomi dan sosial makin mapan, mulailah orang-orang lalai pada sisi ruhani. Budaya hedonisme pun menjadi fenomena umum. Saat itulah timbul gerakan tasawuf (sekitar abad 2 Hijriah). Gerakan yang bertujuan untuk mengingatkan tentang hakikat hidup. Konon, menurut pengarang Kasf adh-Dhunun, orang yang pertama kali dijuluki as-shufi adalah Abu Hasyim as-Shufi (w. 150 H)


Tujuan Tasawuf

            Secara umum, tujuan terpenting dari sufi ialah agar berada sedekat mungkin dengan Allah.Akan tetapi apabila diperhatikan karakteristik tasawuf secara umum, terlihat adanya tiga sasaran “antara” dari tasawuf, yaitu :
  1. Tasawuf yang bertujuan untuk pembinaan aspek moral. Aspek ini meliputi mewujudkan kestabilan jiwa yang berkesinambungan, penguasaan dan pengendalian hawa nafsu sehingga manusia konsisten dan komitmen hanya kepada keluhuran moral. Tasawuf yang bertujuan moralitas ini, pada umumnya bersifat praktis.
  2. Tasawuf yang bertujuan ma’rifatullah melalui penyingkapan langsung atau metode ­al-Kasyf al-Hijab. Tasawuf jenis ini sudah bersifat teoritis dengan seperangkat ketentuan khusus yang diformulasikan secara sistimatis analitis.
  3. Tasawuf yang bertujuan untuk membahas bagaimana sistem pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah secara mistis filosofis, pengkajian garis hubungan antara Tuhan dengan makhluk, terutama hubungnan manusia dengan Tuhan dan apa arti dekat dengan Tuhan.dalam hal apa makna dekat dengan Tuhan itu, terdapat tiga simbolisme yaitu; dekat dalam arti melihat dan merasakan kehadiran Tuhan dalam hati, dekat dalam arti berjumpa dengan Tuhan sehingga terjadi dialog antara manusia dengan Tuhan dan makan dekat yang ketiga adalah penyatuan manusia dengan Tuhan sehingga yang terjadi adalah menolong antara manusia yang telah menyatu dalam iradat Tuhan.

            Dari uraian singkat tentang tujuan sufisme ini, terlihat ada keragaman tujuan itu. Namun dapat dirumuskan bahwa, tujuan akhir dari sufisme adalah etika murni atau psikologi murni, dan atau keduanya secara bersamaan, yaitu: (1) penyerahan diri sepenuhya kepada kehendak mutlak Allah, karena Dialah penggerak utama dari sermua kejadian di alam ini; (2) penanggalan secara total semua keinginan pribadi dan melepaskan diri dari sifat-sifat jelek yang berkenaan dengan kehidupan duniawi (teresterial) yang diistilahkan sebagai fana’ al-ma’asi dan baqa’ al-ta’ah; dan (3) peniadan kesadaran terhadap “diri sendiri” serta pemusatan diri pada perenungan terhadap Tuhan semata, tiada yang dicari kecuali Dia. Ilāhi anta maksūdīy wa ridhāka mathlūbīy.

Landasan Tasawuf dalam Al-Quran

Mengenai tasawuf, beberapa sufi menyandarkan pengertian dan dasar-dasarnya kepada ayat-ayat Al-Quran. Ajaran tasawuf diidentikkan dengan ajaran islam walaupun agama lain juga memiliki hal yang serupa dengan tasawuf. Berikut adalah ayat-auat Al-Quran yang berkenaan dengan dasar tasawuf menurut para sufi:
  1. QS Al Baqarah : 115
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
  1. QS Al Baqarah : 186
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
  1. QS Qof : 16
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”
  1. QS Al Kahfi : 65
“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.”




Itulah beberapa pengertian tasawuf yang dapat kami sampaikan untuk Anda. Semoga bermanfaat!


Penelusuran terkait
  • Makalah pengertian tasawuf
  • Pengertian Tasawuf Menurut para ahli
  • Pengertian tasawuf secara bahasa dan istilah
  • Pengertian tasawuf secara etimologi dan terminologi
  • Pengertian Tasawuf menurut para ulama
  • Apa arti tasawuf dan Dalilnya
  • Pengertian tasawuf PDF
  • Contoh ilmu tasawuf

Post a Comment for "Pengertian Tasawuf Menurut Para Ahli Sufi Beserta Tujuan dan Landasan Tasawuf dalam Al-Quran Secara Lengkap"