Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Zaman Neolitikum: Pengertian, Ciri-ciri, Manusia Pendukung, dan Hasil Kebudayaan


Neolitikum atau Zaman Batu Muda adalah fase atau tingkat kebudayaan pada zaman prasejarah yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu yang diasah, pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar.

 Pada zaman ini dikatakan terjadi revolusi kebudayaan yang sangat besar dalam peradaban manusia.Sebab, pada Zaman Neolitikum terjadi perubahan yang cukup mendasar dari meramu atau food gathering menjadi food producing alias membuat makanan sendiri.Masyarakatnya diduga telah mengenal tradisi pertukaran barang atau dagang, beternak, dan mengembangkan kebudayaan agraris walaupun dalam tingkatan yang masih sangat sederhana.

Selain itu, manusia purba yang hidup pada zaman ini telah membangun tempat tinggal permanen seperti rumah sederhana, membuat kerajinan.Sementara kehidupan sosial Zaman Neolitikum ditandai dengan masyarakatnya yang telah mengembangkan gotong-royong, membuat aturan hidup bersama, dan memiliki kepercayaan terhadap arwah.

 

Baca Juga: Zaman Perunggu Meliputi Pengertian, Sejarah, Ciri, dan Contoh Peninggalannya Secara Lengkap

 

Masa neolitikum dikenal dengan masa bercocok tanam, pada masa ini manusia sudah mulai tinggal menetap pada satu wilayah dan melakukan aktivitas pertanian. Alat yang mereka perguanakan seperti beliung persegi, kapak lonjong, mata panah, gerabah, alat pemukul kulit kayu (batu ike) dan perhiasan. Batu ike sendiri menggambarkan kisah pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan sandang, dan menjadi salah satu jejak perkakas industri tradisional. Batu ike ini menggambarkan bahwa kira-kira 3000 tahun silam, pakaian sudah diproduksi secara mandiri, pakaian sendiri bukan sekedar penutup badan, tetapi menyangkut aturan budaya. Batu ike (bark cloth beathers) berfungsi sebagai alat pemukul dan penghalus kulit kayu untuk memenuhi permintaan bahan pakaian yang semakin meningkat dalam periode 3000-2500 tahun silam. Batu ike dalam lapisan periode 3000-2500 tahun silam berada dalam kondisi tidak utuh, hanya potongan alat berukuran panjang 3,2 cm, lebar 2.5 cm dan tebal 1,2 cm. Penggunaan batu ike untuk produksi bahan pakaian kulit kayu terus berkembang luas di sepanjang Sungai Karama hingga periode protosejarah, sebagaimana jejak rekam artefaknya yang ditemukan arkeolog di situs Bukit Kamasi, Karama, Minanga Sipakko, Bonehau, dan Pangale. Batu ike masih terus dipakai hingga masa protosejarah, bahkan sampai sekarang masih dapat dijumpai di wilayah Seko-Rampi, Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Bahan pakaian pada umumnya diambil di hutan sekitar Kalumpang dari kulit kayu pohon beringin/Ara (genus Ficus), daluang (Broussonetia papyrifera), serta cempedak, nangka, dan sukun (genus Artocarpus). Kakek buyut orang Kalumpang sampai periode 2500 tahun silam masih memakai pakaian kulit kayu dari bahan sekitarnya sebagai perilaku etis, bukan hanya sekedar menghalau panas dan meredam dingin. Lembaran kulit kayu tipis dililitkan di badan, terutama perut hingga paha atau menutup bagian vital mereka. Cara sederhana lainnya, lembaran kain kulit kayu seukuran badan dilubangi tengahnya untuk memasukkan kepala; tampak menjuntai di depan dan di balakang dengan bagian kedua sisi masih terbuka. Biasanya, mereka menggunakan tali rumput, potongan sisa kulit kayu atau akar untuk mengikat bagian bawah pakaian agar tampak rapi dan menutup badan dengan baik.

 

Ciri-ciri Zaman Neolitikum

  • Alat-alat batu sudah diasah dan dihias
  • Tempat tinggal manusianya sudah menetap
  • Perubahan dari food gathering ke food producing
  • Masyarakatnya mengenal bercocok tanam dan beternak
  • Ditemukannya kebudayaan kapak lonjong dan kapak persegi
  • Masyarakatnya telah mengenal kepercayaan

 

Kebudayaan Zaman Neolitikum

Pola kehidupan masyarakat atau kebudayaan-nya pada zaman neolitikum seperti yang sudah kita bahas diatas jauh lebih canggih dibandingkan dengan paleolitikum ataupun mesolitikum.Manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah memiliki tempat tinggal yang tetap, sistem pertanian dan peternakan yang sederhana, serta struktur sosial hierarkis yang jelas.Selain itu, mereka juga sudah mampu membuat pakaian, perhiasan, serta gerabah sebagai alat bantu aktivitas sehari-hari.Agar kalian lebih paham, dibawah ini akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai setiap aspek kebudayaan pada masa neolitikum ini

  • Anyaman

Seperti yang kita ketahui, teknik menganyam merupakan salah satu teknik dasar untuk membuat alat-alat rumah tangga dan juga peralatan sehari-hari.Manusia purba pada zaman batu muda ternyata sudah menguasai teknik menganyam sederhana, sehingga bisa membuat alat-alat dan perabot anyaman.Umumnya, manusia pada zaman tersebut membuat anyaman dari bahan dasar bambu, rumput kering, ataupun kayu rotan.Teknik menganyam yang digunakan masih sederhana dan mengikuti pola-pola alam yang umumnya merupakan pola geometrik. Selain sederhana dan mudah ditiru, pola ini juga relatif kokoh dan indah dilihat.Umumnya, hasil anyaman ini digunakan sebagai wadah penampungan, ataupun peralatan rumah tangga seperti meja dan kursi.

 
  • Pakaian

Manusia purba yang hidup pada zaman neolitikum juga ternyata sudah mampu menguasai teknik pembuatan pakaian sederhana.Asumsi ini diperkuat oleh penemuan pada daerah Ampah, Kalumpang, Minanga, dan Sippaka, dimana ditemukan alat pemukul kulit kayu yang diyakini oleh para ahli digunakan untuk mengolah serat dan membuat pakaian.Pakaian-pakaian sederhana ini dibuat dari serat dan kulit kayu yang sudah diolah dengan ditumbuk dan dipisah-pisahkan seratnya.Menurut para ahli dan bukti-bukti sejarah yang tersedia, diyakini bahan dasar yang digunakan untuk membuat pakaian pada masa itu adalah serat abaka dari tumbuhan sejenis pisang serta rumput doyo.

  • Gerabah

Gerabah merupakan salah satu perlengkapan dasar yang sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai alat penyimpanan maupun sebagai alat-alat penunjang aktivitas adat.Menurut para ahli sejarah, manusia purba yang hidup pada zaman neolitikum sudah menguasai cara pembuatan gerabah.Diyakini, bahan dasar yang digunakan adalah tanah liat yang dicampur dengan pasir dan diolah. Teknik yang diguankan adalah teknik tangan yang dikombinasikan dengan teknik tatap.Kombinasi kedua teknik ini menghasilkan gerabah yang tebal dan kokoh namun relatif kasar.Seperti yang sudah dijelaskan diatas, gerabah ini memiliki banyak sekali fungsi, baik untuk penyimpanan ataupun untuk adat. Contoh dari gerabah-gerabah ini adalah periuk, cawan, dan piring.Gerabah pada zaman batu muda ini banyak ditemukan di daerah Kendenglembu, Banyuwangi (Jawa Timur), Kalumpang, dan Minanga, Sippaka, Danau Poso, dan Minahasa.

 
  • Kapak Persegi

Salah satu alat perkakas sehari-hari yang digunakan oleh manusia purba pada zaman neolitikum adalah kapak persegi.Sesuai dengan namanya, kapak ini berbentuk persegi dan terbuat dari batu yang sudah dihaluskan dan diasah agar memiliki ujung yang cukup tajam untuk memotong dan mengiris.Umumnya, kapak ini digunakan untuk memotong dan mengolah kayu, menggarap tanah, serta melaksanakan upacara-upacara adat.Di Indonesia, kapak tersebut juga dikenal dengan beliung persegi yang banyak tersebar di daerah Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, serta Nusa Tenggara.

 
  • Kapak Lonjong

Kapak lonjong juga merupakan salah satu alat perkakas sehari-hari yang penting bagi manusia purba neolitikum.Sesuai dengan namanya, kapak ini memiliki bentuk lonjong dan ukuran yang bervariasi. Kapak ini juga terbuat dari batu yang sudah diolah dan dihaluskan.Umumnya, kapak lonjong digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah pertanian serta untuk memotong kayu dan pohon-pohon besar.Kapak ini banyak ditemukan di daerah Maluku, Papua, serta Sulawesi Utara.

 
  • Perhiasan

Karena sudah mulai terbentuk kelas-kelas masyarakat dan sistem sosial yang hierarkis, masyarakat pada zaman neolitikum juga sudah mulai mengenal perhiasan.Perhiasan tersebut antara lain adalah gelang, kalung, serta anting-anting ornamental.Bahan dasar perhiasan ini bervariasi, tetapi yang banyak ditemukan antara lain adalah sampah kerang, batu-batuan, kayu, serta tulang belulang.Di Indonesia, perhiasan-perhiasan zaman purba ini dapat kalian temukan dengan mudah di situs-situs arkeologi daerah Jawa Barat dan juga Jawa Tengah.

 
  • Mata Panah

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, meskipun sudah hidup menetap dan memiliki sistem pertanian dan peternakan sederhana, manusia purba zaman neolitikum juga masih berburu hewan liar untuk mendapatkan kulit serta dagingnya.Salah satu kemajuan teknologi pada saat itu adalah penggunaan mata panah yang tajam dan dapat dengan cepat membunuh hewan buruan.Umumnya, mata panah ini terbuat dari batu yang sudah dihaluskan dan diolah sedemikian rupa sehingga memiliki ujung yang tajam dan permukaan yang halus agar dapat dengan mudah menembus hewan buruan.Di Indonesia, artefak mata panah ini banyak ditemukan di daerah Jawa Timur serta Sulawesi Selatan.

 
  • Perkapalan

Manusia purba zaman neolitikum juga sudah mengenal cara membuat kapal-kapal sederhana yang mereka gunakan untuk mengarungi sungai, danau, dan daerah-daerah pesisir.Teknik yang digunakan untuk membuat perahu-perahu tersebut juga masih sangat sederhana, sehingga perahu yang dibuat pun sangat sederhana.Bahan yang digunakan antara lain adalah batang pohon meranti, lanang, serta kedondong.Umumnya, pohon-pohon dan kayu yang digunakan untuk membuat perahu sebelum ditebang dan diolah harus dihormati dulu dengan menggelar sejenis upacara.Pembuatan perahu ini juga dimulai dari bagian luar terdahulu lalu dilanjut ke bagian dalamnya.Agar perahu lebih stabil dan tidak mudah terbalik ketika kondisi perairan sedang buruk, maka dipasangkan cadik yang fungsinya sebagai penyeimbang.Umumnya, perahu-perahu sederhana ini menggunakan dayung sebagai metode utama untuk menggerakkan kapal.Karena kapal yang dibuat masih belum terlalu kokoh dan desainnya sederhana, maka kapal-kapal ini belum mampu untuk mengarungi lautan yang dalam dan terbatas pada daerah pesisir serta inland sea seperti laut Mediterania.

 
  • Perdagangan

Pada zaman neolitikum, manusia juga sudah mengenal sistem perdagangan sederhana dengan menggunakan konsep barter atau tukar menukar barang.Dengan konsep ini, kedua belah pihak mencoba untuk menukar barang yang mereka miliki agar dapat memenuhi kebutuhan masing-masing.Nilai dari barang yang ditukar ditentukan oleh kesepakatan kedua belah pihak. Umumnya, barang yang sukar dicari memiliki nilai tukar yang lebih tinggi dari barang-barang yang mudah ditemukan.Umumnya, barang yang diperdagangkan adalah hasil hutan, hasil pertanian dan peternakan, hasil kerajinan, perhiasan, hasil laut, serta ramuan-ramuan tradisional.Namun, pada masa ini, barter ini bukan digunakan untuk mencari keuntungan, tetapi untuk bertahan hidup secara subsisten.

 
  • Kepercayaan Kuno

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, masyarakat pada zaman neolitikum sudah mengenal konsep keagamaan dan spiritualitas kepada ruh nenek moyang serta benda-benda alam.Konsep ini dikenal sebagai animisme dan juga dinamisme dan merupakan kepercayaan utama dari manusia purba yang hidup pada zaman ini.Pada zaman neolitikum, kepercayaan ini sudah mulai berkembang dengan adanya penguburan ritualistik bagi anggota masyarakat yang meninggal dunia.Secara umum, terdapat 2 jenis penguburan yang muncul pada zaman neolitikum yaitu

  • Penguburan langsung
  • Penguburan tidak langsung

Agar kalian lebih paham, akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai kedua teknik penguburan tersebut dibawah ini

  • Penguburan Langsung

Pada penguburan langsung, mayat dikuburkan sekali langsung kedalam tanah atau ditempatkan dalam wadah/peti yang kemudian akan dikubur serta diikuti dengan wawancara.Dalam penguburan langsung, terdapat 2 jenis peletakan jenazah mayat dalam liang lahat/peti matinya yaitu

  • Membujur
  • Terlipat/Meringkuk

Sebagai penghormatan kepada roh leluhur dan nenek moyang serta benda-benda alam yang dikeramatkan, maka mayat dibaringkan mengarah kepada objek-objek tersebut seperti puncak gunung atau pohon besar.Terkadang, jenazah juga diberikan bekal tertentu untuk mempersiapkan perjalanan mereka ke dunia ruh. Bekal ini umumnya berupa manik-manik, perhiasan, dan terkadang unggas serta anjing.Di Indonesia, teknik penguburan seperti ini dapat kalian temukan di Anyer, Plawangan, serta Rembang.

 
  • Penguburan Tidak Langsung

Pada penguburan tidak langsung, jenazah manusia yang sudah meninggal ditempatkan di tempat tertentu selama jangka waktu tertentu, entah di dalam tanah atau dalam peti mati tertentu.Setelah itu, jenazahnya akan dibersihkan dan dipindahkan ke tempat lain yang sudah dipersiapkan oleh komunitasnya.Tempat akhir dari jenazah manusia tersebut akan bergantung pada perbuatan serta posisinya di dalam kehidupan.Mayat tetua dan pahlawan tentu saja akan diletakkan pada tempat yang berbeda dengan masyarakat biasa atau bahkan penjahat serta orang-orang lain yang dianggap rendah di masyarakat.Konsep ini sesuai dengan kepercayaan bahwa orang-orang yang meninggal, jiwanya ditempatkan di tempat yang berbeda, sesuai dengan jasa dan posisi manusia tersebut.Teknik penguburan seperti ini dapat ditemukan di daerah Gilimanuk, Flores, Melolo, dan Lesung Batu. 

 

Cara Hidup Zaman Neolitikum

Cara Hidup di zaman neolitikum membawa perubahan besar, karena pada saat itu orang mulai hidup berkelompok dan kemudian menetap di desa dan hidup bersama.Itu berarti membentuk masyarakat yang membutuhkan semua aturan kerja sama. Pembagian kerja memungkinkan pengembangan berbagai spesies dan cara hidup dalam kerja sama.Dapat dikatakan bahwa di Zaman Neolitikum, fondasi pertama kehidupan manusia ada seperti yang kita miliki sekarang.Sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, ditambahkan bangsa-bangsa baru yang memiliki budaya yang lebih maju dan derajatnya lebih tinggi. Mereka dikenal sebagai bangsa Indonesia Purba.

 

Peninggalan Zaman Neolitikum

Hasil peninggalan kebudayaan Zaman Neolitikum adalah

1. Dolmen

Dolmen adalah meja batu yang digunakan untuk tempat sesaji dan pemujaan kepada nenek moyang yang berfungsi untuk menutup sarkofagus. Dolmen ditemukan di Besuki, Jawa Timur. Dolmen didaerah ini disebut pandhusa.

2. Kubur Batu

Kubur batu adalah peti tempat menyimpan jenazah yang terbuat dari batu. Kubur batu ditemykan di Bali, Pasemah (Sumatera Selatan), Wonosari (Yogyakarta), Cirebon dan Cepu (Jawa Tengah).

3. Sarkofagus

Sarkofagus adalah peti tempat penyimpanan jenazah yang berbentuk lesung dan terbuat dari batu diberi penutup. Sarkofagus ditemukan di Bali dan Bondowoso.

4. Waruga

Waruga adalah kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat yang terbuat dari batu besar. Waruga ditemukan di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.

5. Punden Berundak

Punden Berundak adalah banguan berteras-teras tempat pemujaan roh nenek moyang. Punden Berundak ditemykan di Lebak Sibedug, Leles dan Kuningan.

6. Menhir

Menhir adalah baru besar seperti tugu yang berfungsi sebagai tanda peringatan roh nenek moyang. Menhir ditemukan di Pasemah, Ngada (Flores), Rembang dan Lahat (Sumetera Selatan).

7. Arca

Arca adalah patung batu yang berbentuk binatang atau manusia untuk menjadi pemujaan. Arca banyak ditemukan di Pasemah, Lembah Bada Lahat (Sulawesi Selatan).

Adapun beberapa peninggalan zaman neolitikum lainnya seperti:

  • Kapak persegi, kapak lonjong, dan kapak bahu yang terbuat dari batuan nefrit .
  • Gerabah tanah liat.
  • Pakaian berbahan dasar serat kayu.
  • Perahu yang dibuat dari batang pohon.
  • Anyaman berbahan dasar rotan, rumput, dan bambu.

Demikian penjelasan mengenai ciri-ciri Zaman Neolitikum, Peralatan dan Peninggalan di zaman ini. Semoga Bermanfaat!

 

 Baca Juga:  Zaman Megalitikum Meliputi Pengertian, Sejarah, Ciri, dan Peninggalannya Secara Lengkap

 

Penelusuran terkait

  • ciri-ciri zaman neolitikum
  • peninggalan zaman neolitikum
  • kebudayaan zaman neolitikum
  • revolusi kebudayaan yang terjadi pada zaman neolitikum di indonesia adalah
  • manusia pendukung zaman neolitikum
  • pakaian zaman neolitikum
  • hasil kebudayaan zaman neolitikum
  • masa bercocok tanam zaman neolitikum

Post a Comment for "Zaman Neolitikum: Pengertian, Ciri-ciri, Manusia Pendukung, dan Hasil Kebudayaan"