Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Hutan Bakau Meliputi Ciri - Ciri, Jenis - Jenis, Fungsi Maupun Upaya Pelestariannya Secara Lengkap

Pixabay

Pengertian Hutan Bakau

Terdapat berbagai definisi mengenai hutan bakau, menurut Steenis (1978) hutan bakau adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut. Sedangkan menurut Nybakken (1988), hutan bakau adalah istilah umum untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropik yang terdiri dari spesies pohon yang khas atau semak-semak yang memiliki kemampuan tumbuh di perairan asin.
Pendapat lain mengenai pengertian hutan bakau juga datang dari Soerianegara (1990), yaitu hutan yang tumbuh di daerah pantai, umumnya terdapat di daerah teluk dan muara sungai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
  • tidak terpengaruh iklim
  • dipengaruhi pasang surut air laut
  • tanah tergenang air laut
  • tanah rendah pantai
  • hutan tidak memiliki struktur tajuk
  • jenis pohon terdiri dari api-api (Avicenia sp.), pedada (Sonneratia sp.), bakau (Rhizophora sp.), lacang (Bruguiera sp.), nyirih (Xylocarpus sp.), nipah (Nypa sp.)
Dari beberapa pengertian hutan mangrove diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hutan bakau adalah hutan yang tumbuh pada daerah rawa-rawa berair payau yang letaknya berada di garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut, serta juga terdapat di daerah pantai sekitar muara sungai.


Fungsi Hutan Bakau

  1. Sebagai sumber konsumsi
Beberapa buah, biji dan juga daun dari jenis – jenis tanaman yang hidup di dalam hutan bakau dapat dimanfaatkan untuk konsumsi sehari – hari. Jenis dedaunan seringkali diolah sebagai sayur ataupun lalapan, seperti jenis pakis laut. Biji – bijian dan juga buah dari tanaman yang terdapat di hutan bakau juga seringkali dimakan begitu saja, dan tentu saja juga memiliki nilai gizi yang tinggi.
  1. Apotek hidup
Pemanfaatan dari hutan bakau sebagai apotek hidup kini sudah mulai dilakukan. Bagaimana tidak, hampir semua jenis tanaman yang tumbuh dan juga hidup di dalam hutan bakau dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat alias apotek hidup. Dengan fungsi ini, maka secara tidak langsung hutan bakau bisa berperan sebagai apotek hidup yang dapat membantu mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami oleh mereka yang tinggal di sekitar hutan bakau.
  1. Menjaga kestabilan garis pantai
Fungsi penting lainnya dari hutan bakau adalah untuk membantu menjaga kestabilan dari garis pantai. Kestabilan garis pantai sangat penting untuk dijaga, karena apabila tidak terjaga, maka lama kelamaan garis pantai akan terkikis. Kondisi ini kemudian dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada lokasi daratan dan juga pantai, dimana akan terjadi abrasi yang disebabkan oleh air laut. Hal ini akan menyebabkan daratan menjadi lebih sempit dan juga terkikis, sehingga tentunya akan merusak kehidupan di sekitar pantai.
  1. Mencegah tsunami
Aceh dan Jepang merupakan lokasi terjadinya tsunami yang dahsyat. Tsunami sendiri ternyata bisa dicegah, atau setidaknya direduksi dampak kekacauan yang ditimbulkannya dengan melestarikan dan mengembalikan fungsi dari hutan bakau. Dengan demikian, maka bencana tsunami pun dapat dicegah.
  1. Mereduksi gelombang pasang air laut
Alasan utama mengapa hutan bakau dapat mencegah terjadinya bencana alam seperti tsunami adalah karena pohon – pohon danjuga tanaman yang terdapat did alam hutan bakau memiliki kemampuan yang sangat baik untuk mereduksi gelombang pasang air laut. Jadi, ketika air laut mengaami gelombang pasang, hutan bakau mampu untuk mereduksi akibat yang ditimbulkan. Setidaknya, 60% dari gelombang air laut bisa direduksi oleh keberadaan hutan bakau, sehingga wajar saja apabila keberadaan dari hutan bakau ini dapat membantu mencegah dan mengurangi dampak buruk dari terjadinya tsunami dan gelombang pasang tinggi.
  1. Mencegah abrasi
Abrasi merupakan proses pengikisan daratan atau tanah, yang banyak terjadi karena faktor gelombang air laut. Ketika daratan terlalu sering mengalami gesekan dengan air laut, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya abrasi, dimana daratan akan menjadi semakin terkikis dan menyempit. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya luas daratan, dan dapat menyebabkan air laut mudah naik ke permukaan. Hutan bakau lah yang menjaga agar hal ini tidak terjadi. Dengan adanya hutan bakau sebagai tameng dari suatu daratan dari air laut, maka kemungkinan terjadinya abrasi dapat diperkecil.
  1. Pencegah intrusi air laut serta menahan lumpur
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, hutan bakau memiliki fungsi untuk mencegah intrusi air laut, atau masuk dan naiknya gelombang pasang air laut ke permukaan atau daratan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya banjir rob, ataupun sedimentasi dari lumpur yang ikut terbawa. Untuk mencegah hal ini terjadi, maka hutan bakau harus diptomalkan fungsinya untuk menjaga daratan dari intrusi air laut tersebut.
  1. Sebagai lokasi hidup bagi ikan laut
Daerah hutan bakau juga merupakan daerah yang masih berisi air laut dalam jumlah banyak. Hal ini membuat lokasi hutan bakau menjadi tempat tinggal dari beberapa hewan laut, seperti ikan, ubur – ubur dan kepiting. Beberapa hewan laut jug amemanfaatkan lokasi yang berada di area hutan bakau untuk mendukung proses pemijahan dan juga menjadikan hutan bakau sebagai nursery ground untuk membantu membesarkan anak – anak mereka.
  1. Penghasil kayu untuk bahan bangunan dan kayu bakar
Pohon – pohon yang ada di dalam hutan bakau juga bisa dimanfaatkan persis seperti pohon yang terdapat pada hutan – hutan darat pada umumnya. Ya, kayunya bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, seperti pembuatan papan – papan dan juga meubel dan furniture. Selain itu, kayu dari tanaman yang berada di dalam hutan bakau juga dapat dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai kayu bakar, yang dapat menghemat penggunaan bahan bakar fosil.
  1. Sebagai pulp atau bahan baku kertas
Sama seperti kayu lainya, kayu yang berasal dari tanaman di hutan bakau bisa juga dimanfaatkan sebagai bahan baku dari kertas atau pulp. Kertas yagn terbuat dari bahan dasar kayu yang ada di dalam hutan bakau memiliki kualitas yang sangat baik, tidak kalah dengan kualitas dari kertas yang dibuat dengan batang kayu dan juga kulit kayu seperti pada umumnya.
  1. bahan baku tekstil
Kulit kayu pepohonan yang terdapat pada hutan bakau juga memilki fungsi lainnya, yaitu sebagai bahan baku dari pembuatan tekstil atau kain.
  1. Sebagai pupuk
Para petani pun bisa juga memanfaatkan lokasi hutan bakau untuk mengambil pupuk. Biasanya sisa daun yang sudah mengendap bisa dimanfaatkan penggunaannya sebagai pupuk kompos yang dapat menbantu meningkatkan produksi pertanian.
  1. Lokasi ekowisata
Seperti halnya manfaat sungai, sebagai ekowisata, merupakan fungsi umum dari sebuah hutan bakau. Banyak hutan bakau yang dimanfaatkan sebagai lokasi ekowisata. Hal ini membuat para wisatawan dan juga turis bisa berekreasi menikmati pemandangan hutan bakau yan alami dan asri, sekaligus menyadari bahwa keberadaan hutan bakau sangatlah penting bagi kehidupan dan juga kepentingan ekosistem. Jadi, sambil berwisata, para turis bisa ikut berpartisipasi dalam program penanaman dan penghijauan pada hutan bakau untuk membantu melestarikan keberadaan dari hutan bakau.


Jenis – Jenis Tanaman di Hutan Bakau

1.  Avicennia (Api-Api)
 
Avicennia merupakan pohon mangrove pionir, jadi mudah sekali dikenal. Tumbuhnya selalu di tepi laut maupun di tepi sungai. Avicennia merupakan pohon tinggi yang berukuran sedang sampai besaf. Avicennia dikenal pula dengan nama api-api. Getah yang keluar dari kulit batangnya dilaporkan mempunyai khasiat sebagai aphrodisiac (pembangkit gairah), kontraseptif dan obat sakit gigi. Biji mudanya digunakan sebagai obat untuk mematangkan bisul. Buah dan bijinya apabila direbus dapat dimakan. Apabila ditumbuk halus dan dicampur dengan salep dapat menjadi obat luka yang manjur, terutama luka karena terbakar. Daun muda dan pucuk atau sirung  rasanya sangat enak sebagai lalap atau dibuat sayur lodeh. Selain itu, abu dari kayu jenis-jenis Avicennia dapat digunakan sebagai sabun.    
 
2.  Acrostichum aureum (Paku Laut)

Jenis ini merupakan tumbuhan paku-pakuan dan umumnya tumbuh di area hutan mangrove yang terbuka atau menerima cahaya matahari banyak. Kamu tidak akan sulit mencarinya karena Acrostichum aureum merupakan satu-satunya paku-pakuan di hutan mangrove dan tumbuhnya menggerombol membentuk rumpun, sekalipun kadang-kadang berdiri terpisah sendiri-sendiri. Tumbuhan yang tingginya dapat mencapai dua meter ini biasa dimakan mentah atau disayur ketika masih muda. Rimpangnya yang telah ditumbuk dapat digunakan untuk menyembuhkan luka atau bengkak pada tubuh. Daun yang berspora, bila dicampur dengan akar tumbuhan lain berkhasiat sebagai obat radang sifilis.

3.  Acanthus (Jeruju)
 
Jenis-jenis Acanthus  yang bermanfaat sebagai obat adalah  ilicifolius dan embracteatus. Ciri khasnya terletak pada daun yang meruncing tajam bagaikan duri. Jeruju tumbuh mengelompok pada tempat-tempat yang becek dan terbuka, atau di tepi parit alam di hutan mangrove. Buah ilicifolius  yang dihaluskan di dalam air dapat dipakai untuk menghentikan pendarahan yang keluar dari luka dan juga untuk mengobati luka karena gigitan ular. Daunnya digunakan sebagai obat gosok untuk menghilangkan rasa nyeri dan menyembuhkan luka karena terkena racun. Daun yang direbus dengan kulit kayu manis dapat diminum untuk menyembuhkan perut kembung. Jenis-jenis Acanthus lainnya dapat pula digunakan sebagai obat, tetapi harus dicampur dengan tumbuhan bakau lainnya agar lebih berkhasiat. Semua jenis Acanthus tidak dapat dimakan mentah-mentah karena beracun, jadi harus diolah terlebih dahulu. Tanaman ini juga dapat digunakan untuk obat batuk dengan cara merebus biji  embracteatus bersama dengan bunga belimbing, gula dan kayu manis. Selain itu, jika kamu mengalami bengkak pada tubuh, ambillah bijinya, tumbuk, lalu gosok pada bagian yang bengkak. Air perasan dari daunnya juga berkhasiat sebagai penguat rambut.

4.  Rhizophora (Bakau)
 
Ada tiga jenis yang tergolong dalam marga ini, yaitu R. mucronata, R. apiculata dan R. stylosa. Jenis-jenis ini dikenal dengan nama bakau, dan merupakan jenis yang umum di hutan mangrove. Pohon-pohon jenis ini mudah dikenal karena bentuk perakarannya yang menyerupai jangkar, tinggi pohon dewasa dapat mencapai 30 — 40 m, batangnya besar dan daunnya selalu hijau mengilap permukaannya. Semua bagian tumbuhan jenis ini dapat dimanfaatkan sebagai obat dan pangan. Daun, buah dan akar yang masih muda apabila direbus bersama dengan kulit muda  Kandelia candel dapat digunakan sebagai obat pencuci luka-luka yang mujarab dan dapat mengusir nyamuk agar tidak mendekati tubuh kita. Air rebusan kulit yang masih muda dan bagian ujung dari akar jangkar yang masih muda dapat dipakai untuk mengobati mencret, disentri dan sakit perut lainnya. Buahnya yang muda biasanya dapat dipakai sebagai campuran minuman penyegar. Nektar dari bunganya mengandung madu, apabila nektar ini dicampur dengan buah dan kulit batang muda  Kandelia candel berkhasiat untuk obat batuk dan tonikum.



  1. Perlindungan pantai dan abrasi. Akar-akar pohon bakau yang mencuat di atas tanah dapat menahan hantaman ombak dan laut sehingga terhindar dan bahaya abrasi pantai. Hutan bakau yang berada di kawasan rawa atau tanah endapan lumpur di sekitar garis pantai akan melindungi tanah agar tidak tergerus oleh air laut. Proses alami air laut biasanya akan terjadi saat air laut mengalami pasang dan surut. Dengan proses ini maka tanah di sekitar garis pantai bisa terbawa oleh air laut dan menyebabkan daratan menjadi semakin mengecil. Jika hal ini terus terjadi maka garis pantai akan mengalami erosi dan menyebabkan bencana alam untuk manusia.
  2. Penahan perembesan air asin ke daratan. Dengan adanya pohon-pohon bakau di tepi pantai, perembesan air asin ke daratan dapat terbendung. Kemusnahan hutan bakau di tepi pantai akan mengakibatkan perembesan (intrusi) air asin jauh ke daratan. Contoh: di pantai Jakarta dari 1.200 hektare hutan bakau tahun 1988, pada tahun 2003 tinggal hanya 327 hektare (27%), sehingga menyebabkan intrusi air laut telah mencapai 14 km, atau tepatnya sudah sampai di kawasan Monumen Nasional (Monas). 
  3. Laut menjadi salah satu tempat bagi beberapa jenis industri salah satunya industri kilang minyak. Selain itu kapal-kapal yang berlayar di laut juga membuang zat sisa polutan dari hasil pembaran mesin. Hal ini membuat air laut penuh dengan berbagai jenis logam dan zat berbahaya bagi manusia.Hutan bakau akan membuat air di sekitar garis pantai menjadi lebih bersih. Tanaman ini akan menyerap zat logam dan sampah yang berasal dari laut. Dengan cara ini maka pantai menjadi tempat yang aman untuk manusia.
  4. Menjadi Habitat Berbagai Mahluk Hidup, Tempat perlindungan hewan dan ikan. Hutan bakau yang didiami oleh berbagai jenis hewan dan tumbuhan menjadi tempat perlindungan bagi ikan kecil, udang, dan kepiting dan pemangsa-pemangsanya dan juga tempat perlindungan danrigerakan ombak yang kuat. 
  5. Hutan bakau menjadi salah satu tempat yang paling baik untuk berbagai jenis mahluk hidup. Salah satunya adalah berbagai jenis burung langka yang hanya bisa tinggal di kawasan hutan bakau. Mahluk hidup seperti satwa dan burung membutuhkan lingkungan yang nyaman dari ancaman kerusakan seperti hutan bakau. 
  6. Hutan bakau juga menjadi tempat nyaman atau habitat bagi beberapa jenis mahluk hidup yang tinggal di laut. Mereka menggunakan hutan bakau sebagai rumah karena mereka mencari sumber makan yang paling dekat seperti laut. Media hutan bakau juga akan menambah berbagai jenis keanekaragaman satwa.
  7. Tempat perkembangbiakan ikan, udang, dan kepiting. Banyak jenis-jenis ikan tertentu, udang dan kepiting bertelur di dalam hutan bakau, dan setelah cukup dewasa baru pergi ke laut lepas seperti ikan-ikan lainnya.
  8. 5. Penahan sedimen dan zat makanan. Akar-akar pohon bakau akan menahan sedimen-sedimen yang di bawa oleh air dan hasil erosi di kawasan itu. Sedimen-sedimen yang dibawa oleh air mengandung banyak zat-zat makanan yang diperlukan oleh pohon-pohon bakau sehingga pohon bakau tumbuh subur. Daun-daun itu akhirnya membusuk dan terurai menjadi sumber makanan makhluk lainnya.
  9. Penghasil kayu. Kayu dan pohon bakau banyak dijadikan arang untuk bahan bakar. Kayunya selain dijadikan arang, ada pula yang dijadikan bahan bangunan, bahkan perekat untuk pembuatan plastik, dan lain-lain.
  10. Pariwisata. Hutan bakau yang luas dan masih alami, banyak didatangi wisatawan untuk dinikmati keindahan hutan bakau dan kesunyian alaminya. Hutan bakau menjadi salah satu media yang sangat penting untuk manusia. Salah satunya adalah menyediakan tempat hiburan seperti tempat wisata yang membuat manusia semakin sadar pentingnya hutan bakau. Bahkan hutan bakau bisa dijadikan tempat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan penelitian dalam berbagai bidang.
  11. Mempertahankan Kondisi Tanah. Tanah di sekitar garis pantai memang sangat rawan karena terkena oleh air laut sepanjang waktu. Namun tanaman bakau akan mengikat tanah di sekitarnya. Cara ini akan membuat hutan bakau mengikat tanah yang terbawa dari air laut. Endapan tanah akan terus mengalampi perubahan. Endapan lama akan bercampur dengan endapan baru sehingga membentuk daratan khusus yang semakin luas.
  12. Menjaga Kualitas Air. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan bakau akan memanfaatkan hutan bakau sebagai cara untuk membersihkan air. Air laut mengandung kadar garam yang cukup tinggi sehingga tidak bisa digunakan untuk mendukung kehidupan manusia. Tanaman bakau akan membentuk perairan payau di sekitar garis pantai. Dengan cara ini maka masyarakat bisa mendapatkan air yang lebih bersih dan tanaman bakau menjadi penyaring alami dari air laut menjadi air tawar.
  13. Hutan Bakau Merubah Lingkungan Secara Kimia. Tanaman bakau memiliki karakter yang sangat tegas dan tahan terhadap berbagai jenis zat berbahaya dari laut. Hutan bakau menyediakan manfaat dalam proses kimiawi termasuk seperti melakukan penyerapan terhadap gas buangan yang berasal dari udara dan air laut. Tanaman bakau akan merubah gas buangan menjadi gas yang lebih bersih dan bisa dihirup oleh mahluk hidup untuk bernafas.
  14. Mendukung Pendapatan Ekonomi Masyarakat. Hutan bakau tidak hanya penting untuk menjaga proses alam. Hutan bakau melindungi manusia dari berbagai jenis bencana alam. Bahkan hutan bakau juga menjadi salah satu tempat atau sumber penghasilan utama bagi nelayan disekitar garis pantai. Manusia bisa memanfaatkan kayu untuk diolah menjadi kerajinan atau bahan bakar. Manusia juga bisa mengambil ikan, udang , burung dan berbagai jenis mahluk hidup yang ada di hutan bakau. Berbagai jenis kayu yang dihasilkan bisa diolah menjadi kerajinan atau bahan untuk kontruksi rumah. Dengan cara ini maka hutan bakau mendukung ekonomi masyarakat.
  15. Melindungi Bencana Alam. Hutan bakau menjadi salah satu tempat yang penting untuk kehidupan manusia. Hutan bakau akan melindungi kawasan pesisir dari kerusakan karena gelombang ombak. Hutan bakau akan mencegah daratan agar tidak terkena hempasan badai dan gelombang tsunami. Pengalaman berbagai jenis bencana alam besar di Indonesia akan mendukung perkembangan pengelolaan terhadap pencegahan bencana alam seperti tsunami dan badai.

 

Persebaran Hutan Mangrove

Hutan mangrove ini bukanlah hutan yang sulit untuk kita temui keberadaannya. Ada berbagai wilayah yang memiliki hutan mangrove. Hutan mangrove ini tersebar luas di bagian memiliki iklim cukup panas di dunia. Hutan mangrove ini terutama banyak di temui di daerah sekitar garis khatulistiwa tau ekuator, yakni daerah yang memiliki iklim tropis, dan sedikit di daerah yang memiliki iklim sub tropika.
Sementara di Indonesia, adalah negara yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia, yaitu antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar. Luas sekian ini melebihi hutan mangrove yang ada di Brazil yakni 1,3 jukta hektar, Nigeria yakni 1,1 juta hektar, dan Australia yakni 0.97 hektar. Luas hutan mangrove yang dimiliki Indonesia ini memenuhi 25% dari total semua hutan mangrove yang ada di dunia. Meskipun jumlahnya banyak, namun sebagian dari kondisi hutan mangrove tersebut kondisinya rusak.
Di Indonesia sendiri, hutan mangrove yang paling luas terdapat di sekitar Dangkala Sunda yang relatif tenang. Tempat ini juga merupakan tembat bermuaranya berbagai sungai- sungai besar, yakni di pantai timur Sumatera dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Selain itu hutan mangrove terdapat di pantai utara Pulau Jawa, namun di wilayah ini kondisi hutan mangrove yang ada telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan yang ada.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan melestarikan hutan mangrove antara lain:
  1. Penanaman kembali mangrove sebaiknya melibatkan masyarakat. Modelnya dapat masyarakat terlibat dalam pembibitan, penanaman dan pemeliharaan serta pemanfaatan  hutan mangrove berbasis konservasi. Model ini memberikan keuntungan kepada masyarakat  antara lain terbukanya peluang kerja  sehingga terjadi peningkatan pendapatan masyarakat.
  2. Pengaturan kembali tata ruang wilayah pesisir: pemukiman, vegetasi, dll. Wilayah pantai dapat diatur menjadi kota ekologi sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai wisata pantai (ekoturisme) berupa wisata alam atau bentuk lainnya.
  3. Peningkatan motivasi dan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan mangrove secara bertanggung jawab.
  4. Izin usaha dan lainnya hendaknya memperhatikan aspek konservasi.
  5. Peningkatan pengetahuan dan penerapan kearifan local tentang konservasi
  6. Peningkatan pendapatan masyarakat pesisir
  7. Program komunikasi konservasi hutan mangrove
  8. Penegakan hukum
  9. Perbaikan ekosistem wilayah pesisir secara terpadu dan berbasis masyarakat. Artinya dalam memperbaiki ekosistem wilayah pesisir masyarakat sangat penting dilibatkan  yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Selain  itu juga mengandung pengertian bahwa konsep-konsep lokal  (kearifan lokal) tentang ekosistem dan pelestariannya perlu ditumbuh-kembangkan kembali sejauh dapat mendukung program ini.

Upaya Pelestarian Hutan Bakau

Upaya pelestarian kerusakan hutan mangrove di beberapa daerah baik dipulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, maupun Papua telah telah dilakukan berkali-kali (Rimbawan, 1995; Sumarhani, 1995; Fauziah, 1999). Upaya ini biasanya dilakukan oleh pemerintah berupa proyek yang berasal dari Departemen Kehutanan, Departemen Kelautan dan Perikanan maupun dari Pemerintah Daerah setempat namun hasil yang diperoleh relatif tidak sesuai dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan oleh pemerintah (Saparinto, 2007). Upaya pelestarian kerusakan hutan mangrove tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi juga dilakukan oleh masyarakat yang ikut berpartisifasi membantu pemerintah dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup khususnya ekosistem hutan mangrove dengan metode yaitu konservasi, reboisasi dan rehabilitasi (Rahmawaty,2006).
Kusmana (2005:8) menyatakan bahwa secara umum semua habitat pohon mangrove didalam kawasan hutan mangrove yang mengalami kerusakan dapat memperbaiki kondisinya seperti semula secara alami dalam waktu 15-20 tahun apabila (1). Kondisi normal hidrologi tidak tertanggu; dan (2). Ketersedian biji dan bibit serta jaraknya tidak terganggu atau terhalangi. Jika kondisi hidrologi normal atau mendekati normal tetapi biji pohon mangrove dapat mendekati daerah rehabilitasimaka dapat direhabilitasi dengan cara penanaman. Oleh karena itu habitat pohon mangrove dapat diperbaiki tanpa penanaman maka rencana rehabilitasi harus terlebih dahulu melihat potensi aliran air laut yang terhalangi atau tekanan-tekanan lain yang mungkin menghambat perkembangan pohon mangrove.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 43 tentang kehutanan bahwa dalam kaitan kondisi hutan mangrove yang rusak pada setiap orang yang memilikimengelola atau memanfaatkan hutan mangrove wajib melaksanakan rehabilitas untuk tujuan perlindungan konservasi. Rudianto (2007) menyatakan bahwa salah satu cara melindungi hutan mangrove adalah dengan menunjukan suatu kawasan hutan mangrove sebagai kawasan konservasi dan sebagai bentuk sabuk hijau di sepanjang pantai dan tepi sungai.


Menurut Sugandhy (1994) bahwa ada beberapa permasalahan yang terdapat dalam kawasan hutan mangrove yang dengan upaya pelestarian kerusakan hutan mangrove yaitu:
  1. Pemanfaatan ganda yang tidak terkendali.
  2. Permasalahan tanah yang timbul akibat sedimentasi yang berkelanjutan.
  3. Konservasi kawasan hutan mangrove menjadi kawasan lain.
  4. Permasalahan sosial ekonomi.
  5. Permasalahan kelembagaan dan pengaturan hukum kawasan pesisir dan lautan dan.
  6. Permasalahan informasi kawasan pesisir.
Menurut Anita (2002) bahwa usaha-usaha yang harus dikembangkan dalam upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove antara lain :
  1. Perlindungan kawasan hutan mangrove yang nilai konservasi tinggi.
  2. Peremajaan perlu dilakukan pada hutan mangrove yang telah rusak untuk memulihkan fungsi dan untuk meningkatkan nilai manfaat langsungnya.
  3. Pencagaran hutan mangrove hendaknya berdasarkan kriteria yang jelas dan pertimbangan yang rasional.
Sugiarto (1996) menyatakn bahwa kawasan hutan mangrove banyak dikonservasi dalam kawasan terpisah maupun kawasan tergabung dalam cagar alam, suaka marga satwa dan taman nasional berdasarkan pada empat strategi pokok konservasi yaitu pelindung proses ekologis dan penyangga kehidupan kawasan pengawet keragaman sumber daya flasma nutfah, pelestarian pemanfaatan jenis hutan mangrove, serta tata guna dan tata ruang kawasan hutan mangrove.
Menurut Perum Perhutani (1994) dalam pelaksanaan reboisasi (penghijauan) kawasan hutan mangrove yang mengalami kerusakan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
  1. Pengadaan Bibit
Pada umumnya bibit tanaman mangrove masih diambil langsung dari alam yaitu induk pohon mangrove karena saat ini belum ada pengusaha yang khusus memperbanyak bibit tanaman mangrove kemudian bibit dikelompokan berdasarkan jenis dan besar tanaman mangrove.
  1. Seleksi Bibit
Untuk melakukan seleksi bibit tanaman mangrove harus diperhatikan beberapa haldiantaranya pertumbuhan batang, cabang, daun dan akarnya serta memperhatikan kesehatan bibit apakah cacat terkena penyakit atau hama tanaman.
  1. Persemaian Bibit
Lokasi persemaian bibit sebaiknya tidak jauh dari daerah yang akan direboisasi tetapi sebaiknya pada daerah yang agak terlindung dari gempuran ombak laut dan memiliki cukup lumpur sebagai media tanam.Selain itu lokasi persemaian perlu dibuat pagar pembatas sebagai pelindung untuk menghindari gangguan kepiting bakau (Neosarmatrium Meinerti).
  1. Media Semai
Untuk media semai tanaman mangrove harus berupa lumpur hutan mangrove yang diambil langsung disekitar kawasan hutan mangrove.
  1. Pengangkutan Bibit
Setelah bibit cukup umur untuk ditanam, maka bibit tanaman mangrove diangkut kelokasi penanaman pohon mangrove dengan menggunakan wadah angkut sebaiknya berupa kayu atau plastik kontainer berdasarkan jenis dan ketinggian bibit.
  1. Penanaman Bibit
Penanaman bibit tanaman mangrove di lokasi penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari karena cahaya matahari sudah tidak terlalu panas. Penanaman bibit dilakukan dengan jarak 5 x 5 m atau disesuaikan dengan kanopi pohon induk dan lubang tanam berukuran 50 cm setelah itu bibit sebaiknya diberi tongkat kayu yang diikat kuat dengan tali agar tidak berpindah apabila terkena ombak laut.
  1. Pemeliharaan dan Perlindungan
Setelah melakukan penanaman, perlu dilakukan pemeliharaan tanaman agar pertumbuhan tanaman terkontrol apabila kemungkinan terjadi kerusakan tanaman akibat serangan hama tanaman dan ombak laut sehingga apabila hal tersebut terjadi maka tanaman harus segera diganti dengan bibit baru.


Penelusuran yang terkait dengan Hutan Bakau
  • syarat tumbuh hutan bakau
  • manfaat hutan bakau
  • ciri-ciri hutan bakau
  • persebaran hutan bakau
  • manfaat melestarikan hutan bakau di daerah pesisir adalah untuk
  • hasil hutan bakau
  • jenis hutan bakau
  • apa nama lain hutan bakau

Post a Comment for "Pengertian Hutan Bakau Meliputi Ciri - Ciri, Jenis - Jenis, Fungsi Maupun Upaya Pelestariannya Secara Lengkap"